Deposit Pada Permukaan Gigi



PREVENTIF DENTISTRY
RONGGA MULUT DALAM KEADAAN SEHAT DAN SAKIT




OLEH:
Nama               : Rindiani Lativa
NIM                : 175110519
SEMESTER    : IV A

 
DOSEN PEMBIMBING:
drg. Lisnyetty, M, Kes
Nova Herawati, SKp, G, M, Kes



JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2019




KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi allah SWT yang menciptakan, mengatur dan menguasai seluruh mahkluk didunia dan akhirat. Semoga kita senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan ridho-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullulah Muhammad SAW, beserta keluarganya yang telah membimbing manusia untuk meniti jalan lurus menuju kejayaan dan kemulian.
Pada kesempatan kali, penulis  menulis sebuah makalah yang berjudul Deposit Pada Permukaan Gigi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Kemudian juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penulis yaitu ibu drg.Lisnayetty, M, Kes dan ibu Nova Herawati, SKp,G, M. Kes, selaku pembimbing penulis dalam pembuatan makalah ini serta semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Penulis berharap, agar makalah yang berjudul Deposit pada Permukaan Gigi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan dapat menjadi acuan dalam pembuatan makalah lain dengan tema yang sama.


Bukittinggi,     Maret 2019


                                                                                                           Penulis


 
Daftar Isi

Kata pengantar...................................................................................           i
Daftar Isi............................................................................................           ii
BAB I. Pendahuluan..........................................................................           1
       1.1 Latar Belakang .....................................................................           1
       1.2 Rumusan Masalah..................................................................           1
       1.3 Tujuan Penulisan....................................................................           1
BAB II. Landasan Teori.....................................................................           2
       2.1 Deposit Pada Permukaan Gigi ..............................................           2
BAB III. Penutup...............................................................................           11
       3.1 Kesimpulan............................................................................           11
       3.2 Saran......................................................................................           11
Daftar Pustaka                                                                                               12





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam ronnga mulut setiap manusia banyak terdapat banyak mikro flora normal yang berperan aktif  dalam pemeliharaan rongga mulut agar tetap sehat dan mencegah terjadinya kolonisasi oleh mikroorganisme eksogen. Mikro flora normal dalam keadaan normal keadaan normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi sistem imun maupun perubahan keseimbangan mikroflora mulut atau disebut juga pathogen.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Kebanyakan orang belum menyadari bahayanya bakteri yang ada di dalam mulut. Bakteri-bakteri tersebut sebenarnya tak akan bermasalah jika jumlahnya seimbang dan hidup harmonis. Tapi, begitu muncul gangguan seperti karies ( gigi berlubang ), penyakit penyangga gigi ( periodontal ), atau terdapat infeksi, maka kondisi ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang termasuk deposit yang melekat pada permukaan gigi ?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui deposit yang melekat pada permukaan gigi.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deposit Permukaan Kerja
Depositatau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dapat dikelompokkan menjadi ;
1.  Acquired Pelicle
Acquired pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna dan translucent, acelluler dan bebas bakteri. Acquared pelikel terbentuk setelah penyikatan gigi yang merupakan selapis tipis ( 0, 5 mm ) dari protein saliva yang bterutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi ( serta pada restorasi dan geligi tiruan.( J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 23 ).Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang berdekatan dengan gingiva. Bila diwarnai dengan disclosing solution aquired pellicle akan terlihat sebagai suatu permukaan yang tipis dan pucat dibandingkan dengan plaque yang lebih kontras warnanya.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 54 )
Fungsi pelikel saliva adalah perlindungan. Glikoprotein saliva dan kalsium fosfat saliva terserap pada permukaan email dan membantu mengurangi keausan gigi. Pelikel juga membatasi difusi produk asam dari pemecahan gula. Pelikel dapat ,engikat ion-ion organic seperti kalsium, fosfat dan flourida, dan mengandung faktor-faktor antibakteri seperti IgG, IgA, IgM, komplemen dan lisosim.( J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 23 )
Namun, disamping sifat akuared pelikel yang menguntungkan untuk lapisan email, lapisan nini juga sekaligus sebagai dasar untuk pelekatan bacterial. Oleh karena kebanyakan bakteri tampaknya lebih mudah melekat pada Acquared Pelikel dibandingkan pada permukaan email yang kosong, seakan-akan pelikel membentuk dasar untuk perkembangan plak gigi bacterial, dengan semua akibatnya yang tidak menguntungkan untuk gigi geligi. ( Dr. J. H. J. Huis in’t Veld, Plak Gigi )
Aquired pellicle ini dapat terbentuk setelah gigi erupsi dan setelah cuticula email primer dan reduced email epitelium ( membrana nasmyth) telah hilang karena abrasi atau pada permukaan gigi yang baru saja selesai disikat /dibersihkan, sehingga gigi langsung berkontak dengan saliva dan flora mikroorganisma.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 54 )
2.  Materia Alba
Materia alba adalah suatu deposit lunak dan sticky, berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, calculus dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan pembersihan secara mekanis.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 55 )
Material laba terdiri dari massa mikroorganisme, sel-sel epitel yang terdeskuamasi, sisa makanan, leukosit dan deposit saliva. Strukturnya amorfus dan berbeda dari plak, material alba dapat dengan mudah dibersihkan dengan semprotan air.( J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 26  )
Materia alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab umum terjadinya gingivitis, efek iritasi oleh materia alba ini kemungkinan disebabkan oleh bakteri serta produk-produknya. Deposit ini pelekatannya kurang erat dibandingkan dengan plak gigi. Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disclosing dan sering kali menumpuk pada sepertiga gingiva mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi.  Deposit ini dapat terbentuk pada gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 55 )
3.  Food debris
Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzym bakteri dan dibersihkan lima menit/ tiga puluh menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan mukosa membran.
Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan , dimana pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan viscositas ludah yang rendah. Walaupun food debris mengandung bakteri , tetapi berbeda dari plaque dan materia alba, food debris ini lebih mudah dibersihkan , food debris harus dibedakan dengan makanan yang tertekan keruang interproksimal (food impaction).( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 55 )

4.  Dental Plaque
Dental plaque merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler apabila seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 56 ). Plak akan tumbuh dan melekat erat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan kebersihan mulut dan gigi. Jumlah kuman kira-kira 250 juta per mg plak basah. Kuman-kuman ini hidup, sehingga didalam plak juga terjadi kehidupan. Kuman-kuman yang hidup di dalam plak membutuhkan makanan dan juga membutuhkan kotoran. Ada kuman yang membutuhkan oksigen untuk pernapasan dan mengeluarkan Co2. Kuman ini disebut dengan kuman aerobic. Ada juga kuman yang bisa hidup tanpa oksigen, kuman ini disebut dengan kuman anaerobic.
Penyakit yang ditimbulkan oleh plak tergantung bahan metabolic yang dihasilkan, yang tergantung dari jenis kuman di dalam plak. Jenis kuman di dalam plak tergantung dari umur plak, misalnya plak muda banyak mengandung kuman coccus sedangkan plak tua selain mengandung kuman coccus juga terdapat kuman filament, spiril dan spirochaeta. Didalam plak terdapat bermacam-macam kuman. Kuman yang bermacam-macam tersebut menyukai bermacam-macam makanan dan menghasilkan kotoran yang bermacam-macam pula. Kuman coccus menyukai gula ( sukrosa ). Gula oleh kuman coccus dirubaha menjadi asam dan suatu zat ekstraselulaer. Asam bisa melarutkan email sehingga gigi menjadi berlubang. ( SR. DRG. Be Kien Nio, Preventive Dentistry, Bandung, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia )
Berbeda halnya dengan lapisanterdahulu, dental plaque tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara kumur ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.Dalam jumlah sedikit plaque tidak dapat terlihat, kecuali apabila telah diwarnai dengan disclosing soution atau telah mengalami discolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plaque telah menumpuk, plaque akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning.( Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 56 )
a.      Pembentukan Plak
Dalam waktu beberapa jam akan terbentuk pelakatan antara spesies Streptococcus dan kemudian Actinomyces dengan pelikel. Selama beberapa hari pertama bakteri ini akan tumbuh dan menyebar ke luar dari permukaan gigi.  Berbagai varietas bakteri akan tumbuh dalam deposit ini sekitar 3-4 minggu.
Secara klinis, plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunaj, tidak terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada gigi geligi dan objek lain di dlaam mukosa mulut. Dalam bentuk lapisan tipis, plak umumnya tidak terlihat kecuali dengan bantuan disclosing. Dalam bentuk lapisan tebal, plak terlihat berwarna kuning keabu-abuan yang tidak dapat dilepas dengan berkumur-kumur tetapi melaui penyikatan. ( J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 26  )
Mekanisme pembentukan plak meliputi :
a.       Adsorpsi protein dan bakteri untuk membentuk sebuah film pada permukaan gigi.
b.      Pengaruh van der waals dan kekuatan elektrostatik antara pemukaan mikroba dan film untuk membuat reversible adhesi pada gigi.
c.       Karena interaksi antarmolekul antara permukaan sel dan kulit tiptis yang irreversible adhesi.
d.      Penjajah sekunder melampirkan penjajah primer dengan interaksi antar molekul.
e.       Sel-sel membelah dan menghasilkan biofilm. ( drg. Siti Yundali Hongini, 2017, Kesehatan gigi dan mulut ( edisi revisi ), Bandung, Penerbit Pustaka Reka Cipta hal 95 )
b.      Komposisi Plak Masak
Hampir 70% plak terdiri dari microbial dan sisa-sisa produk ekstraselular dari bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan disini. Komponen anorganik utama adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan sodium. Kandungan garam anorganik tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah. Ion kalsium ikut membantu perlekatan antar bakteri dan bakteri dengan pelikel.
c.       Deposisi Plak dan Asupan Makanan
Plak akan terbentuk pada manusia dan hewan yang makanannya melalui lambung, walupun dalam jumlah kecil. Plak terbentuk lebih cepat selama tidur daripada setelah makan karena aksi mekanis dari pengunyahan makanan ditambah dengan aliran saliva yang terstimulir akan menghalangi deposisi plak. Makanan yang kasar, keras dan berserta juga akan menghalangi terbentuknya plak.( J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran hal 25  )
d.      Lingkungan
Faktor-faktor ekologi utama yang berada dalam rongga mulut adalah pH, air liur , suhu dan reaksi redoks. Sebagian besar organisme mikroba lebih memilih tingkat pH netral ( pH 7 ). Air liur bertindak sebagai penyangga menjaga ph dalam mulut antar 6,25 dan 7,25. Selain bertindak sebagai penyangga air liur juga berindak sebagai sumber nutrisi bagi ribuan bakteri. ( drg. Siti Yundali Hongini, 2017, Kesehatan gigi dan mulut ( edisi revisi ), Bandung, Penerbit Pustaka Reka Cipta hal 96 )
5.  Dental stain
Pewarnaan pada gigi dan tambalan terjadi melalui 3 cara :
1.    Stain melekat langsung pada permukaan gigi melalui Acquired Pellicle.
2.    Stain mengendap pada kalkulus dan deposit lunak.
3.    Stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambal.
Stain yang melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada kalkulus dapat dihilangkan dengan cara discalling dan dipoles.
a.      Klasifikasi Stain
1.      Berdasarkan Lokasi
a.      Ekstrinsik
Terjadi pada permukaan luar permukaan gigi dan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi, scaling dan atau poles .
b.      Intrinsik
Terjadi di dalam substansi gigi dan tidak dapat dihilangkan dengan tekhnik scaling maupun poles.
2.      Berdasarkan Sumber
a.      Eksogen
Berkembang atau berasal adri sumber-sumber di luar gigi. Stain eksogen dapat berupa ekstrinsikdan berada pada permukaan luar gigi atau intrinsic dan menyatu dengan struktur gigi.
b.      Endogen
Berkembang atau berasal dari dalam gigi. Stain endogen selalu bersifat intrinsic dan biasanya mewarnai dentin yang terefleksi pada email.




6.  Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya didalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak terkalsifikasi. Tahap-tahap pembentukannya dapat dipantau dengan mengamati vener plastic yang terpasang pada gigi geligi atau geligi tiruan.
Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen anak muda usia. Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hamper seluruh rongga mulut individu dewasa.
a.      Jenis Kalkulus
1.      Kalkulus Supraginggiva
Kalkulus supraginggiva adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler. Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau merokok. Kalkulus ini banyak terdapat pada bagian bucal molar rahang atas.
2.      Kalkulus Subginggival
Kalkulus subginggival adalah kalkulus yang berada di bawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Kalkulus ini biasanya padat dan keras, warnanya cokelat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api, dan melekat erat ke permukaan gigi.





b.      Proses Terjadinya Kalkulus
Kalkulus adalah plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak semua plak yang termineralisasi. Kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya kalkulus. Ada beberapa teori yang sudah diperkenalkan sehubungan mekanisme mineralisasi awal :
1.      Saliva dapat dianggap sebagai larutan jenuh yang tidak stabil dari kalsium fosfat. Karena tegangan CO2 relatif lebih rendah di dalam mulut, CO2 akan keluar dari saliva bersama dengan deposisi kalsium fosfat yang tidak mudah larut.
2.      Selama tidur, aliran saliva berkurang dan amonik terbentuk dari urea saliva, menaikkan pH yang memungkinkan terjadinya pengendapan kalsium fosfat.
3.      Protein dapat mempertahankan konsentrasi kalsium yang lebih tinggi tetpi jika saliva berkontak dengan gigi, protein akan dikeluarkan darilarutan dan menyebabkan pengendapan kalsium dan fosfat.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keseimbangan flora rongga mulut dapat berubah menimbulkan suatu keadaan patologis karena beberapa factor seperti kesehatan mulut yang bruruk, obat penekan kekebalan tubuh, usia lanjut dan lain sebagainya. Terganggunya keseimbangan dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan infeksi.
Kebanyakan orang belum menyadari bahayanya bakteri yang ada di dalam mulut. Bakteri-bakteri tersebut sebenarnya tak akan bermasalah jika jumlahnya seimbang dan hidup harmonis. Tapi, begitu muncul gangguan seperti karies ( gigi berlubang ), penyakit penyangga gigi ( periodontal ), atau terdapat infeksi, maka kondisi ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius.
3.2 Saran
Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang peneleitian ini, sebaiknya dapat mengungkapkan masalah ini secra lebih mendalam terperinci. Pembaca bisa menjadikan penelitian ini sebagai panduan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Dr. J. H. J. Huis in’t Veld, Plak Gigi
2.      Megananda hiranya putri., drg., M. Kes, 2010,  Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
3.      J. D. Manson, B. M. Eley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
4.      Siti Yundali Hongini, drg,  2017, Kesehatan gigi dan mulut ( edisi revisi ), Bandung, Penerbit Pustaka Reka Cipta
5.      SR. DRG. Be Kien Nio, Preventive Dentistry, Bandung, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia







Komentar

  1. Makasih lo yaa, beermanfaat sekali

    BalasHapus
  2. Ini sangat bermanfaat bagi saya kak

    BalasHapus
  3. Sangat bermanfaat. Makasih ilmunya

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Terimakasih ilmunya , ilmunyasangat bermamfaat bagi saya

    BalasHapus
  6. TerimaKasih Sangat Bermanfaat

    BalasHapus
  7. Sangat bermanfaat, terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  8. Terima kasih sangat bermanfaat

    BalasHapus
  9. Wah sangat bagus sangat bermanfaat bagi kita

    BalasHapus
  10. Terimakasih atas ilmunya sangat bermanfaat sekali bagi kami para pembaca

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Terimakasih atas ilmunya
    Semoga bermanfaat bagi pembaca

    BalasHapus
  13. Terima kasih atas ilmunya,sangat bermanfaat

    BalasHapus
  14. Ilmunya sangat bermanfaat,terima kasih

    BalasHapus
  15. Ilmunya sangat bermanfaat,terima kasih

    BalasHapus
  16. Terimakasih ilmunya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  17. Terima kasih, ilmunya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  18. Bagus dan bermanfaat sekali kak. Makasih kak 😊

    BalasHapus
  19. Terimakasi maasyaallah ilmunya sangat2 bermanfaat. 😇😇😇😇😇😇😇

    BalasHapus
  20. Terimakasih ilmu nya sangat bermanfaat

    BalasHapus

Posting Komentar